Post Top Ad

Your Ad Spot

Sabtu, 03 Juli 2010

US $ 136 Juta Janji Bantuan Iklim Amerika Serikat Kepada Indonesia

Amerika Serikat (AS) telah menjanjikan US $ 136 juta untuk program lingkungan dan inisiatif perubahan iklim di Indonesia selama tiga tahun yang akan datang, demikian laporan Reuters. Bantuan ini menyusul Norwegia yang telah menjanjikan lebih dari satu miliar US-dolar untuk program penanggulangan deforestasi di Asia Tenggara.

Gedung Putih mengatakan dana ini adalah jawaban terhadap janji awal Presiden Indonesia Yudhoyono dalam pertemuan G-20 di Pittsburgh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41% pada tahun 2020, dan dukungan Indonesia sebagai salah satu negara G-20 untuk meniadakan subsidi bahan bakar fosil

US $ 119 million akan diberikan kepada program kemitraan yang dinamakan SOLUSI --Science, Oceans, Land Use, Society and Innovation-- partnership, yang difokuskan pada penyelamatan lingkungan hidup dan penanggulangan perubahan iklim, antara lain Tropical Forest Conservation Act agreement, Forestry and Climate Support Project (IFACS), Marine and Climate Support Program (IMACS), Clean Energy Development (ICED) program, dan lain-lain, demikian menurut SustainableBusiness.com
Sisanya US $ 17 juta akan dipakai untuk pembangunan suatu Pusat Perubahan Iklim (Climate Change Center) dan program-program penelitian terkait dengan kebijakan dan prioritas di bidang perubahan iklim, terutama difokuskan pada pengurangan emisi dari lahan gambut di Indonesia. Yang terakhir ini nampaknya sejalan dengan kontribusi Norwegia untuk membangun suatu Pusat Perubahan Iklim.

Indonesia dianggap menyumbang emisi gas rumah kaca ketiga terbesar di dunia setelah China dan Amerika Serikat. Namun emisi gas rumah kaca di Indonesia bukan bersumber dari aktivitas industri seperti negara lainnya, melainkan sebagian besar dihasilkan dari perusakan hutan tropis dan lahan gambut.

Mengutip Berry Nahdian Forqan, dari Forum LSM lokal Indonesia untuk Lingkungan Hidup (Walhi), yang mengatakan kepada Jakarta Post bahwa uang tidak harus dianggap bantuan, tetapi bagian dari hutang AS berupa "perubahan iklim" terhadap Indonesia. Menurut Forqan, semua itu adalah "tanggung jawab AS untuk membayar langsung utang ekologinya yang sudah menumpuk sebagai pencemar terbesar di dunia dan sebagai negara maju yang telah mengambil sumber daya dari negara-negara berkembang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages