Pada Maret 2010 , saya menulis di kolom blog ini tentang Baru kali ini selama 10 tahun saya disini banjir Karawang seperti ini. [1]
Berikut ini peristiwa banjir yang kembali saya catat pada 2020.
1. Banjir Karawang di awal tahun 2020
Berikut ini peristiwa banjir yang kembali saya catat pada 2020.
1. Banjir Karawang di awal tahun 2020
Banjir terus terjadi berulang di beberapa daerah di
Indonesia. Khabar terakhir di awal tahun 2020. Selain ibukota Indonesia
Jakarta, seperti liputan Kompas, Banjir melanda Karawang pada Rabu (1/1/2020) [2]:
Banjir dengan ketinggian 10 centimeter sampai dengan 100 centimeter khususnya di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat .Akibat banjir, sebanyak 165 rumah, 209 KK dan 645 warga terdampak.
Banjir dengan ketinggian air 30 hingga 50 sentimeter melanda di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan akibat hujan dengan intensitas sedang dan luapan Sungai Cilamaya. Air masuk ke permukiman warga melalui lewat sodetan yang berada di wilayah tersebut. Akibatnya, 258 rumah terendam dan 966 orang terdampak. Selain itu, 40 hektar sawah juga terendam.
2. Mengapa Karawang menjadi langganan banjir ?
Pertanyaan ini muncul karena terbukti hampir 10 tahun kemudian, Banjir Berulang Melanda Karawang.
Ternyata, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat terjadinya banjir di Karawang,
bahwa sejak 1815 sampai dengan 2013 Kabupaten Karawang berada pada urutan ke-3 terbanyak
kejadian banjirnya di provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk tingkat nasional Kabupaten
Karawang menempati urutan ke 8 sebagai wilayah rawan banjir.
Sistem tata air dari kesatuan hidrologis Citarum kritis!
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang secara biofisik kita kenal sebagai kesatuan hidrologis tidak lagi berada dalam keseimbangan ekosistem. Di hulu dan di bagian tengah, kapasitas penyimpanan air di dalam tanah telah terlampaui, karena hutan tidak luas lagi. Populasi pohon tidak cukup untuk menangkap, meresapkan dan menahan lalu menyimpan air. Airpun berlari di permukaan menyatu di aliran sungai hingga debit air sungai kian tinggi. Jika curah hujan terus turun tiada henti, maka dapat muncul bahaya ekologi, yaitu datangnya banjir yang berpotensi merusak!
Kabupaten Karawang terkenal sebagai salah satu lumbung padi
nasional dengan rata-rata produksi 865,000 ton beras per tahun. Tentu ancaman banjir
yang kembali berulang di Kabupaten Karawang patut diwaspadai jika kita tidak
ingin gagal panen dan pasokan beras nasional berkurang tahun ini.
3. Dimana kawasan yang rawan banjir di Kabupaten Karawang ?
Kabupaten Karawang yang sebagian besar merupakan dataran
rendah dengan karakteristik lahan persawahannya pada umumnya memiliki tanah bertekstur
halus dapat menyebabkan drainase tanah terhambat (Tommi, et.al, 2017). [3]
Dengan kata lain, air mudah tergenang ditambah dengan dataran atau ketinggian tempatnya rendah maka air sulit keluar dari daerah tergenang.
Dengan kata lain, air mudah tergenang ditambah dengan dataran atau ketinggian tempatnya rendah maka air sulit keluar dari daerah tergenang.
Penelitian Rika Yayu Agustini, 2014.[4] telah membuktikan hal
tersebut dan menghasilkan salah satunya Peta Rawan Banjir di Kabupaten Karawang
berikut ini.
Sumber: Rika
Yayu Agustini, 2014 [4]
Banjir datang berulang di Kabupaten Karawang, mari kita bersiap-siap mewaspadai kejadiannya yang berpotensi merusak bagi lingkungan dan warga terdampak di Kabupaten Karawang.
Pustaka:
[3] Tommi, Baba Barus, dan Arya Hadi Dharmawan, 2017. Pemetaan
Bahaya Banjir Lahan Sawah di Kabupaten Karawang, Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, Vol 19 (1), April 2017: 41-45, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[4] Rika Yayu Agustini, 2014.
Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Karawang Menggunakan Sistem
Informasi Geografis. Makalah SIG dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Program Studi
Agroteknologi Tanah Sekolah Pasca Sarjana IPB, 2014
Thanks for share infonya, semoga bisa menambil hikmah dari kejadian ini ..
BalasHapus