Post Top Ad

Your Ad Spot

Minggu, 05 Januari 2020

Hutan Amazon, Suku Asli Dan Wilayah Adat Yang Sulit Didatangi



     Credit photo: Wikicommon | libasi

Dua pertiga dari total luas hutan Amazon berada di negara Brasil. Hutan Amazon terus menghadapi ancaman berupa, a.l:  alih guna lahan (dari semula lahan hutan menjadi lahan-lahan penggembalaan dan pertanian), illegal logging dan pembukaan hutan untuk pembangunan (misal: infrastruktur publik, jalan)  serta kebakaran hutan. 
Meskipun demikian, deforestasi Amazon di Brasil dalam dekade terakhir ini tercatat semakin menurun, diantaranya  karena upaya-upaya penegakan hukum yang kuat dan pengendalian atas alih guna lahan yang tertib.
Pemerintah Brasil telah menetapkan pula beberapa kawasan hutan hujan tropika Amazon sebagai Kawasan Konservasi, tujuannya selain melindungi hutannya juga melindungi penduduk-asli yang tinggal di dalamnya, lihat peta Amazon tahun 2012 di bawah ini.
      Sumber: RAISG's map [1]

Keterangannya, blok-blok warna hijau dan arsiran-warna-hijau adalah hutan konservasi, dimana manusia dilarang untuk memanfaatkannya. Berbagai satwa liar tinggal di dalamnya.
Sedangkan warna kuning tua/oranye adalah wilayah (adat) penduduk atau suku asli. Lingkaran merah adalah kira-kira posisi hutan hujan tropika yang masih lebat seperti Gambar Ilustrasi pada pembuka tulisan ini.
Di dalam hutan hujan tropika Amazon hidup suku-suku asli. Contohnya Lembah Javari  atau  Vale do JavariLokasi di peta di dalam lingkaran dengan #tag – warna merah.


Vale do Javari Ini adalah salah satu tempat yang belum dieksplorasi di Brasil. Wilayah adat seluas: 85.444,82 km2 yang ditinggali oleh 6.000 orang penduduk asli dari 8 suku dan 16 sub suku di belantara hutan Amazon Brasil. Saya sebut saja diantaranya: suku-suku Matis, Matses , Kulina , Mayoruna dan Korubo

Jumlah warga suku-suku ini secara pasti belum diketahui, mengingat sedikit sekali yang tahu kehidupan mereka. Pemerintah Brazil memperkirakan jumlah mereka dengan cara mengenali rumah-rumah mereka yang terliput dalam citra satelit.
Suku-suku ini masih mempertahankan adat-istiadat mereka dan hampir tidak pernah berhubungan dengan orang luar-modern. Salah satu yang terekspose adalah suku Korubu. [2]
Kontak terakhir “orang-modern” dengan warga suku Korubo pada Maret 2019. [3
Ketika 22 anggota ekspedisi dibantu oleh Badan Pemerintah Brasil yang mengurusi Masyarakat Indian /Adat (FUNAI) berhasil bertemu dengan 34 orang suku Korubo di hutan dekat perbatasan Peru dan Tim ekspedisi ini melakukan vaksinasi kepada mereka.
Kontak damai yang diinisiasi pemerintah Brasil sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1970-an.

Pertama kalinya antara FUNAI dan suku Korubo pada 1972 dan hanya sekali saat itu. Lalu, kontak FUNAI dengan suku Matis pada 1975 dan 1976.
Tahun 1996 upaya membangun damai dengan suku Korubo terwujud kembali, setelah dua dekade sebelumnya FUNAI kehilangan 7 (tujuh) orang pegawai negeri sipilnya karena tindakan suku Korubo.
Korubo di masa lalu telah membunuh penyintas di tanah mereka dan insiden terakhir terjadi pada tahun 2000, ketika prajurit Korubo menewaskan tiga penebang kayu di hutan dekat perbatasan Peru di wilayah Taman Nasional (dan sekaligus teritori mereka).[4]
Ya..betul, Vale do Javari adalah salah satu dari " the Most Unexplored Place in the World " [5]

Bentang alamnya berupa hutan asli sebagai habitat satwa liar jaguar, anaconda, piranha dan laba-laba Black Widow (Latrodectus hesperus) yang racunnya mematikan. 

Curah hujannya tinggi dan hampir sepanjang tahun turun hujan dan seringkali menyebabkan derasnya arus sungai di tempat ini.

     Sumber: Pixabay
                                              Gambar. Laba-laba Black Widow (Latrodectus hesperus)

Singkatnya, sangat berbahaya untuk mengunjungi wilayah ini yang hanya dapat ditempuh menggunakan jalur sungai (perahu) atau udara (helikopter).
Oleh karenanya orang luar (-modern) tidak dapat leluasa mengekplorasi kawasan-kawasan hutan Amazon yang menjadi wilayah adat para suku asli tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages