Post Top Ad

Your Ad Spot

Minggu, 13 Juni 2010

Ingat, Masih Ada Hutan Rakyat !

Hari ini, terhitung Tiga belas hari sejak postingan terakhir saya tentang kegagalan BP mengatasi tumpahan minyak di Teluk Meksiko, saya baru sempat memposting lagi kali ini. Jeda posting ini, karena saya punya sedikit pekerjaan membantu teman saya menyiapkan perusahaannya untuk mendapatkan akreditisasi sebagai lembaga sertifikasi. Namun di sela-sela kerja, saya masih sempat untuk bersepeda keliling desa di sekitar tempat tinggal saya di Bogor.

Cukup menyegarkan dan tentu menyehatkan, ketika mengayuh pedal sepeda di bawah pepohonan hijau pedesaan di sekitar Bogor, Jawa Barat. Pohon sengon dengan batangnya yang lurus keabu-abuan dihiasi bercak-bercak putih diantaranya, banyak ditanam oleh warga desa. Pohon ini dikenal mampu menyuburkan tanah disamping hasil kayunya.

Setahu saya "hutan" (sekelompok pohon-pohon) sengon ini banyak dijumpai di Jawa untuk dimanfaatkan kayunya. Karena hanya satu-satunya jenis (monokultur) dan dalam jumlah banyak, pohon-pohon sengon yang di tanam rakyat ini disebutnya "hutan rakyat".

Saya ingat, ada satu penelitian oleh Suharjito (1998) yang menemukan bahwa di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, kontribusi kayu sengon bagi ekonomi rumah tangga rata-rata mencapai 21% - 36%. Suatu nilai sumbangan yang sangat berarti, sehingga pantas saja jika beberapa diantara mereka bergantung hidupnya dari tanaman sengon ini

Demikian pula, jika anda berkunjung ke Sulawesi Selatan, anda dapat menjumpai pohon-pohon kemiri yang ditanam rakyat untuk diambil buahnya. Hutan rakyat kemiri ini nampak seragam dan hanya satu jenis. Seorang peneliti yang mempelajari pengelolaan hutan rakyat kemiri ini, menyimpulkan bahwa kontribusi kemiri ini untuk ekonomi rumah tangga rakyat bisa mencapai 3,6%.

Tidak hanya secara monokultur. Mereka juga menanam banyak jenis pohon yang dikombinasikan dengan tanaman pertanian semusim di satu hamparan lahan. Yang terakhir ini dinamakan hutan pola campuran atau agroforest.

Nah, kalau anda ingin tahu, apa saja pola hutan rakyat campuran yang ada di Indonesia, berikut ini diantaranya:
a. Repong Damar di Pesisir Krui, Lampung
b. Kebun Karet Campuran di Jambi
c. Tembawang di Kalimantan Barat
d. Parak di Maninjau, Sumatera Barat
e. Kebun Durian Campuran di Gunung Palung, Kalimantan Barat
f. Kebun Pepohonan Campuran di sekitar Bogor, Jawa Barat ( yang seperti ini: tempat favorit kunjungan bersepeda saya, seperti di awal cerita.)

Lalu, pelajaran apa yang dapat diambil dari cerita tentang "hutan rakyat" ini ?

Satu bukti bahwa rakyat, yang tanpa diminta atau disuruh menanam pohon, telah menanam berbagai jenis pohon untuk menopang ekonomi rumah-tangganya. Sepanjang mereka tahu bahwa pohon-pohon yang ditanam mempunyai manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh mereka sendiri, mereka akan sukarela menanam pohon.

Banyak cerita tentang kerusakan hutan di Indonesia, satu masalah yang tidak hanya kita sendiri yang prihatin tetapi juga warga dunia. Kerusakan hutan akibat dari pemanfaatan yang tidak terkendali atau lahan hutannya dikonversi untuk penggunaan lain, semacam itulah yang banyak ditulis di media online atau cetak...termasuk beberapa postingan di blog ini.

Tapi, bagaimana dengan "hutan rakyat" ? Faktanya ada tapi kurang mendunia! Tidak dilirik karena tidak menarik atau tidak nge-"buzz" karena kecil kontribusinya?

Padahal, dari hutan rakyat telah diperoleh produksi kayu sebesar: 500.000 m3 sampai 1.500.000 m3 atau mampu memasok sekitar 0,69% - 2,08% dari total kebutuhan bahan baku industri kehutanan, yang bisa mencapai: 72 juta m3/thn. Seperti hutan alam, selain memberikan manfaat ekonomis, hutan rakyat ini juga bermanfaat bagi lingkungan hidup, seperti: penyerap CO2 dan estetika).

Jelas, secara tradisional, rakyat kita telah mengusahakan hutan di sekitar pemukiman mereka di berbagai belahan Indonesia. Mereka bangun hutan yang terdiri dari pohon-pohon sejenis dan yang banyak jenis (campuran). Dan, mereka memetik hasil kayu atau bukan kayu untuk menopang ekonomi rumah tangga mereka. Inilah yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages