Post Top Ad

Your Ad Spot

Selasa, 20 April 2010

Resiko Burung Besi Terbang Dalam Awan Abu Gunung Berapi


Abu dari gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia masih melayang dalam bentuk awan, entah sampai kapan?

Sejak gunung ini meletus pada 14 April 2010, sampai saat ini massa awan abu vulkanik belum menunjukkan tanda-tanda berkurang. Para ilmuwan tidak dapat meramalkan sampai berapa lama letusan akan berlangsung. Menurut catatan mereka, awan abu letusan gunung berapi sebelumnya berlangsung lebih dari satu tahun, ketika terjadi antara 1821 dan 1823!

Dunia penerbangan muram karena larangan terbang diberlakukan di Eropa. Menurut International Air Transport Association (IATA), kerugian diperkirakan mencapai US $ 200 juta setiap hari. Perusahaan penerbangan Eropa, seperti British Airways, yang paling menderita. Ribuan pesawat yang melayani penerbangan dari dan ke Eropa harus di-"grounded" selama 5 hari ini.

Bandara Heathrow London, salah satu bandara tersibuk di dunia, biasanya melayani lebih dari 1.200 penerbangan dan 180.000 wisatawan sehari, tapi saat ini dilaporkan sepi penumpang karena setiap penerbangan telah "dibatalkan"!

Resikonya Tinggi


Dunia sempat mengalihkan perhatian ke Indonesia, saat letusan besar terakhir Gunung Galunggung di Jawa Barat pada tahun 1982, yang memiliki Volcanic Explosivity Index VEI): 4 dan menewaskan 68 orang. Letusan ini juga melepaskan abu vulkanik ke angkasa.

Dua burung besi (pesawat penumpang jet) Boeing 747 terbang melawan arah angin yang datang dari lokasi letusan. Kedua burung besi ini mengalami kegagalan mesin sementara dan kerusakan permukaan eksterior, sehingga terpaksa melakukan pendaratan darurat di Jakarta.

"Empat mesin pesawat semuanya mati," kata Moody, seperti yang dikutip laman CNN, Jumat 16 April 2010, pilot Boeing 747-200 British Airways yang membawa 263 penumpang saat terbang menembus awan abu dari letusan gunung Galunggung. Pesawat turun selama 16 menit, dari ketinggian 11.500 meter hingga di ketinggian 7.500 meter, untungnya Moody berhasil untuk me-restart mesin.

Bulan berikutnya, burung besi Singapore Airlines yang membawa 230 penumpang juga secara tidak sengaja masuk awan abu pada malam hari, akibatnya tiga dari empat mesin gagal berfungsi. Para kru berhasil me-restart salah satu mesin setelah turun 2.400 meter.

Abu letusan gunung Galunggung menyebabkan kedua pesawat terbang penumpang itu mengalami kerusakan mesin serius dan permukaan eksterior!

Kejadian lain pada 1989, ketika penerbangan Boeing 747-400 KLM dari Amsterdam ke Anchorage di Alaska, pesawat turun lebih dari dua mil setelah menerjang awan abu dari letusan Mount Redoubt di Alaska. Pilot berhasil menghidupkan mesin kembali tetapi pesawat ini rusak parah dan menghabiskan biaya perbaikan lebih dari US $ 80 juta.

Bahaya Awan Abu Gunung Berapi


U.S. Geological Survey (USGS) menyatakan bahwa antara 1973 - 2000 lebih dari 100 pesawat terbang memasuki awan abu vulkanik [1], beberapa diantaranya mengalami kerusakan dan mati mesin, sebelum berhasil dihidupkan kembali - namun belum pernah dilaporkan adanya kecelakaan fatal dan korban jiwa.

Meskipun demikian, penting untuk mempertimbangkan terbang melalui abu vulkanik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa harus menghindari terbang di dalam kepungan awan abu vulkanik [2]:

  • Kerusakan dapat terjadi pada permukaan eksterior pesawat, kaca depan dan mesin pesawat (powerplants).

  • Sistem ventilasi, hidrolik, elektronik dan sistem data penerbangan bisa terganggu.

  • Pesawat terbang dapat mengalami kehilangan daya akibat mesin mati sebagian atau total jika abu vulkanik tersedot oleh mesin.

  • Pesawat terbang dapat kehilangan daya pada semua mesinnya secara bersamaan akibat bagian-bagian mesin aus atau terkikis oleh partikel abu.

  • Radar cuaca tidak dapat mendeteksi/menembus gumpalan awan abu.

  • Kerusakan lain dapat terjadi pada komponen pesawat, diantaranya kaca depan, jendela kabin depan, navigasi dan lampu pendaratan, sayap, stabilizer dan tepi sirip ujung, hidung pesawat (cowls), probe statis dll.


  • Federal Aviation Administration (FAA) telah memperingatkan:
    volcanic eruptions occur several times annually and can be “exceedingly dangerous”.


    Ya, awan abu letusan gunung berapi sangat berbahaya! karena wujudnya sulit dibedakan dengan awan biasa, terlebih jika malam hari. Oleh karenanya disarankan: Pilots who encounter an ash cloud should “reverse course in order to escape.” (Terbang balik arah aja..biar selamat!)

    Banyak negara, terutama di Eropa, sedang mengembangkan berbagai teknik pemantauan gunung berapi, khususnya untuk mendeteksi apakah suatu gunung berapi akan melepaskan abu vulkanik saat meletus. Masalah bisa saja rumit, terlebih jika radar atau citra satelit tidak mampu mendeteksi partikel abu atau anomali panas karena ukuran gunung berapinya tergolong kecil...

    Sources:
    [1] USGS, Volcanic Ash: Effets and Mitigation Strategies - Transportation: Aircraft, http://volcanoes.usgs.gov/ash/trans/index.html, retrieved 14-04-2010
    [2] airport-technology.com, Why Aircraft and Ash Don't Mix: The Fallout from Volcanic Eruption, Special Report, 15-04-2010, http://www.airport-technology.com/features/feature82415/, retrived 17-04-2010

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Post Top Ad

    Your Ad Spot

    Pages