Post Top Ad

Your Ad Spot

Rabu, 22 April 2009

Tips #3- Gaya Hidup Selaras Alam: 3 Prinsip Hemat Energi Listrik di Rumah


Indonesia, sampai saat ini masih kekurangan energi listrik. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari kebijakan pembangunan energi pemerintah yaitu ketergantungan sumber pembangkit listrik dari bahan baku: batubara, minyak dan Gas (89%).

Problematikanya adalah, disatu pihak, penggunaan bahan bakar fosil (batubara, minyak dan gas) yang suatu saat akan habis, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip keseimbangan energi bumi atau dalam bahasa blog ini: "Mati Gaya Selaras Alam" alias menentang hukum alam. Sedangkan di lain pihak, pemerintah Indonesia saat ini harus berusaha keras agar dapat memasok kebutuhan energi listrik yang murah, sehingga tarif dasar listrik/TDL tetap terjangkau, dengan pasokan bahan baku yang tidak pernah habis.

Nah, agar tetap "selaras dengan alam", hendaknya setiap kebijakan pemerintah di bidang energi selalu mempertimbangkan dampak lingkungan dari emisi gas buangannya. Alangkah bijaknya jika pemerintah terus meningkatkan pengembangan energi terbarukan, seperti air, angin, sinar matahari, biomass atau panas bumi.

Dengan energi terbarukan, menurut Profesor Atmonobudi Soebagio, PhD [1], faktor-faktor externalities dan energy tax terhadap gas CO2, SO2, dan NOx yang ditimbulkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan minyak dapat dihindari. Guru Besar di bidang Energi Listrik dan Energi Terbarukan ini menyampaikan peringatan M King Hubbert, dalam Simposium EPOFR, Washington DC, 1977, 31+ tahun lalu:

"minyak bumi yang proses terbentuknya memerlukan waktu lebih dari 500 juta tahun telah dihabiskan sebanyak 14 % oleh populasi dunia hanya dalam waktu satu abad. Selain itu, batubara yang proses pembentukannya juga memerlukan waktu yang sama, telah dihabiskan sebanyak 2 % dalam waktu 3,5 abad."

Peringatan ini diabaikan saja oleh pemerintah dalam menetapkan kebijakan pembangunan energi di Indonesia. Tarif Dasar Listrik (TDL) yang tergolong mahal di Indonesia diakibatkan kebijakan pemerintah yang mengabaikan fakta, bahwa posisi negara Indonesia sejak 10 tahun terakhir yang berstatus net oil importer dan dalam 20 tahun mendatang akan menjadi total oil importer. Artinya, harga BBM di Indonesia akan selalu bergantung kepada harga minyak mentah dunia. Jika harga minyak mentah dunia naik maka Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia akan naik. Pada gilirannya, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan TDL listrik.

Wajar, kiranya kalau kita bertanya-tanya: "jadi, kapan warga negara Indonesia dapat menikmati energi listrik murah di rumah?"

Nah, kalau memang pemerintah belum mampu menyediakan listrik murah. Apa boleh buat, kita berbuat yang paling hemat untuk energi listrik di rumah. Hemat artinya mengurangi biaya yang harus kita bayarkan kepada PLN dengan cara menghemat jumlah tenaga listrik yang dimanfaatkan (jumlah kWh terpakai)

Ini sekedar mengingatkan saja, ada 3 prinsip hemat listrik di rumah yang sejalan dengan gaya hidup selaras alam

1. Memilih peralatan rumah tangga yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Peralatan elektronik saat ini sudah dirancang untuk "hemat energi", sehingga kita tinggal memilih yang paling hemat energi dengan mempertimbangkan pula budget pembelian.

2. Mengubah gaya hidup atau perilaku anggota rumah tangga agar berhemat listrik atau ber-gaya hidup selaras alam.

Meskipun peralatan elektronik sudah dirancang "hemat energi", tanpa perilaku yang hemat listrik atau boros listrik dari para anggota keluarga maka percuma saja upaya berhemat ini, contohnya: hendaknya dapat diatur penggunaan alat-alat elektronik anda secara berganti-ganti, memasang lampu hemat energi dll.

3. Gunakan listrik selain untuk kebutuhan sehari-hari, juga untuk kegiatan yang produktif.

Nah, ini yang tidak mudah, namun kegiatan produktif tidak selalu yang harus "segera" menghasilkan uang. Lain halnya, kalau anda seorang "blogger" ternama yang memang "work at home" untuk menghasilkan uang dengan cara online. Tentu saja energi listrik yang anda pakai menjadi produktif.

Berikut ini, tip dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), berupa contoh pemakaian energi listrik yang hemat di rumah, untuk daya: 900 VA [2]:

> 1 Seterika 350 watt, 2 jam/hari 0,70 kWh/hari
> 1 Pompa air 150 watt, 3 jam/hari 0,45 kWh/hari
> 1 Kulkas sedang 100 watt, 6 jam/hari : 0,60 kWh/hari
> 1 TV 20" 110 watt, 6 jam/hari 0,66 kWh/hari
> 1 Rice cooker 300 watt, 2 jam/hari: 0,60 kWh/hari
> 6 Lampu hemat energi 20 watt, 6 jam/hari: 0,72 kWh/hari
> 4 Lampu hemat energi 10 watt, 6 jam/hari 0,24 kWh/hari
> Jumlah kebutuhan listrik perhari 3,91 kWh
> Jumlah Kebutuhan listrik per bulan 3,91 kWh x 30 = 117,30 kWh


Akhirnya, jika kita melakukan penghematan energi listrik di rumah, maka selain menghemat biaya rumah tangga kita, juga dapat mengurangi jejak carbon (carbon footprint) di sisi pembangkit/pemasok tenaga listrik (PLN). Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, pada gilirannya menghambat pemanasan global. Suatu tindakan sederhana bagi keseimbangan planet bumi kita!

Related Posts:
1.Tips #1- Gaya Hidup Selaras Alam: 7 Cara Berhemat Kertas Cetak di Kantor
2.Tips #2- Gaya Hidup Selaras Alam: Hemat Listrik Dalam Pemakaian Komputer


Source :
[1] Saatnya Pemerintah Gunakan Energi Terbarukan, Harian Suara Pembaharuan 23-02-2006
[2] Perusahaan Listrik Negara (PLN)

2 komentar:

  1. Very good post. It is important that we reduce our energy use ... we have a limited resource and it's quickly disappearing. With a few minor changes, reducing one's energy use is not that hard ... and every effort helps!

    Thank you for posting about this!

    Small Footprints
    http://reducefootprints.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Exactly, we'll try to rise community awareness, although literally... Is it and effort?
    Thank you for the comment!

    BalasHapus

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages