Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan bahwa fenomena La-Nina telah berlangsung hingga bulan Maret 2009 lalu, dan menuju Netral pada bulan April 2009. Tetapi pada bulan Mei 2009 hingga saat ini telah terjadi perubahan dari kondisi Netral La-Nina menuju El-Nino, dan diprakirakan El-Nino akan terus meningkat intensitasnya hingga Awal Tahun 2010.
Dampak El-Nino
Pengurangan hujan akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, kecuali wilayah Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, dan awal musim hujan 2009/2010 diprakirakan akan mundur. Wilayah-wilayah Indonesia yang lebih kering ini rawan terhadap bencana alam, seperti
kebakaran hutan,
berkurangnya ketersediaan air, dan
resiko berkurangnya produksi pertanian. Semua itu dampak
variabilitas dan perubahan iklim yang disebabkan oleh
pemanasan global.
Mirip tahun 2003
BMKG memprediksi kondisi iklim tahun 2009 mirip dengan kejadian tahun 2001, yaitu musim kemarau basah akibat La-Nina lemah. Saat itu La-Nina lemah ini telah bergeser ke kondisi netral pada tahun 2002, selanjutnya menuju ke El-Nino lemah dan semakin kuat pada tahun 2003. Dampak menguatnya El-Nino pada tahun 2002 yaitu terjadinya kekeringan pada akhir tahun 2002 yang terus berlanjut sepanjang 2003. Sesuai dengan gambaran tersebut, saat ini dapat diprakirakan fenomena tersebut (baca: kekeringan) akan terjadi pada tahun 2010.
Bagaimana mengantisipasinya ?
Bagi masyarakat, terlebih di wilayah kering, berikut ini ada beberapa tips untuk sekedar mengingatkan agar terus melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang akan terjadi 2009/2010 ini terhadap kekeringan ini, misalnya :
Periksa dan perbaiki waduk (dam) yang rusak sebagai persediaan air minum di musim kemarau.
Rawat dan jaga tetap tumbuh tanaman atau pepohonan yang telah ada dan lakukan pemulsaan, jangan lupa tanam kembali tanah kosong atau lahan gundul untuk meningkatkan ketersediaan air tanah.
Lakukan diversifikasi tanaman, jangan memaksa menanam padi dan ganti dengan tanaman palawija pada saat musim kemarau tiba karena palawija dapat cepat dipanen serta tidak membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya.
Atur kembali sistem pergiliran air irigasi yang disesuaikan dengan hasil prakiraan iklim.
Hindari membuat api di lahan-lahan hutan, di dekat semak atau alang-alang pada saat memancing, berburu atau berwisata, kalau terpaksa harus membuat api unggun maka segera padamkan setelah tidak digunakan lagi. Ini menghindari kebakaran lahan dan hutan.
Jaga-jaga untuk antisipasi bencana
Banyak tindakan jaga-jaga/antisipasi terhadap bencana alam yang dapat dilakukan masyarakat, berikut beberapa tips, antara lain :
Membentuk satuan/kelompok kerja dan pos-pos penanggulangan bencana di tingkat desa
Berusaha memperbaharui pengetahuan tentang cara-cara adaptasi terhadap perubahan iklim dan tehnologi antisipatif terhadap bencana kekeringan
Meningkatkan kemampuan pribadi kita untuk menhadapi bencana alam yang sering terjadi
Meningkatkan kemampuan tenaga lokal dalam melokalisasikan prakiraan iklim yang bersifat global dengan bekerja-sama atau meminta informasi ke instansi Badan Koordinasi Bencana Nasional, Badan Search and Rescue atau BMKG dll.
Menyiapkan dana, sarana dan prasarana lain, termasuk sistem pengumpulan dan distribusi-nya di tingkat lokal dan dapat dimulai secara swadaya di tingkat lokal sebelum mengharapkan bantuan dana pemerintah
Related Posts:
1. Kebakaran Hutan, Perubahan Iklim dan Indeks Kinerja Lingkungan Hidup Indonesia.
2. Sisi Lain Dari Perubahan Iklim: Beradaptasi Dengan Ketersediaan Air (#4)
3. Sisi Lain Perubahan Iklim: Adaptasi oleh Para Petani (#2)
4. Tahun Terpanas Bukan Tahun 2008 Dan Tempat Terpanas Bukan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar