Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 03 April 2009

Kopi paling berlagak: Kopi Luwak !

Tak dapat dipungkiri, kedai kopi Starbucks bertebaran di kota-kota besar Indonesia. Seperti di tempat-tempat lain dunia tentunya. Biasanya berlokasi di sudut suatu mall, ramai dikunjungi penikmat kopi. Sekali-kali terdengar orderan "..a double-tall-skim-soy-caramel-mocha-machiatto-no-whip-in-a-grande-cup !" yang segera dilanjut dengan blenderan kopi tangan-tangan trampil pramusaji. Nongkrong di kedai kopi model Starbucks ini telah menjadi gaya hidup global, tidak terkecuali Indonesia.

Kopi memang suatu minuman yang menakjubkan. Biji-biji kopi bisa didatangkan dari berbagai tempat di dunia diperuntukkan bagi para penikmat kopi fanatik. Kemudian diolah dan disajikan dalam adonan (blending) dengan berbagai cita-rasa dari hasil sejarah minuman kopi yang panjang. Hingga kini, budaya minum kopi telah menjadi budaya global, seperti gambaran di kedai kopi Starbucks di atas.

Kesukaan orang minum kopi telah mendorong keragaman, variasi dan kompleksitas (blending) minuman kopi itu sendiri. Orang yang suka atau penikmat kopi inipun terus bertambah, entah penikmat sejati atau hanya sekedar basa-basi.

Apakah anda juga penikmat kopi sejati ?, yang belum pas kalau browsing internet tanpa expresso coffe atau belum mantap baca koran pagi tanpa ditemani secangkir kopi tubruk. Nah, mungkin anda perlu mencoba Kopi Luwak?

Indonesia sebagai negara pengekspor kopi ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Colombia, terkenal dengan biji kopi arabica-nya. Tapi apa cuma kopi arabica, thok ? Ternyata, Tidak!
Ada "Kopi Luwak" (civet coffe) yang hanya terdapat di pulau-pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Kopi Luwak sangat langka dan karenanya menjadi mahal di pasar dunia.

Langka karena pasokan ke pasar dunia hanya sekitar 450 Kg saja setahun. Dalam artikelnya the Epoch Times [1], melaporkan Kopi Luwak harga sekilonya bisa mencapai $US 780, dan Di Townsville, Queensland Australia, kopi luwak dihargai $A 50 ($US 40) hanya untuk secangkir kopi. Bahkan di London, di Peter Jones department store in London's Sloane Square, secangkir blending Kopi Luwak dan Peanuts dihargai £50 (=US$99.00). Namun, Kopi Luwak ini sekarang bisa ditemukan di belahan bumi lainnya, selain di Jepang dan Amerika Serikat yang menjadi pasar ekspor selama ini. Di Indonesia sendiri, ada di Café Rollaas Cito Surabaya –café yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) dan baru satu-satunya di Indonesia.[2]

Kelangkaan Kopi Luwak dapat digambarkan, begini: Sejak mulai ditanam, biasanya kopi itu dapat dipanen 3 kali dalam setahun. Khususnya Kopi Luwak, proses produksinya sendiri tergolong antik. Biji-biji kopi berwarna merah yang menggantung ranum tandanya siap di petik. Pada saat menjelang panen ini, maka pemilik kebun akan melepaskan sekumpulan luwak ke dalam areal perkebunan kopi. Luwak-luwak inilah yang melakukan seleksi. Ia memakan biji kopi, kesukaannya, yang sudah tua, ranum, dan berbau harum.

Cara budidaya kopi jenis ini dengan dibantu binatang luwak (musang/Paradoxurus hermaproditus ). Prakteknya, mencontoh perkebunan kopi pada masa Hindia Belanda di Indonesia tahun 1950-an, ketika masih banyak hidup binatang luwak. Binatang ini senang makan biji kopi.

Dalam sekali makan, luwak mampu memindahkan sekitar 40 kg kopi ke dalam perutnya. Hingga 15 jam kemudian, biji kopi ini melewati tahapan fermentasi di dalam perut luwak. Setelah biji-biji kopi ini keluar bersama kotoran luwak, kemudian dikumpulkan, dicuci bersih, dijemur dan proses panjang lainnya. Dari 40 kg biji kopi yang ditelan luwak itu paling hasil akhirnya hanya sekitar 6 kg[2]. Hasil proses terakhir inilah yang disebut sebagai kopi luwak berkualitas sempurna. Bijinya keras dan lebih gelap warna hitamnya jika dibandingkan kopi-kopi jenis lain.

Nah, kopi luwak juga muncul di Film Hollywood " Bucket List" yang dibintangi Morgan Foreman dan Jack Nicholson, Ingat?, kalau anda sempat menontonnya film ini membincangkan Kopi Luwak. Oh..Luwak..Luwak ! memproduksi alami kopi berharga tingg!

Sumber :
[1]. The World's Most Expensive Coffee, Epoch Times G May 04, 2007
[2]. Ada Gaya dalam Secangkir Kopi Luwak, Surya Online - Sabtu, 17 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages