Post Top Ad

Your Ad Spot

Sabtu, 11 April 2009

Engkong, Ini Kantong Plastik Dari Singkong !

Engkong pemilik kebun di seberang kali yang melintas depan blok perumahan saya, selalu disibukkan dengan limbah plastik yang menyumbat parit-parit kebunnya. Dipungutinya plastik-plastik bekas kantong belanjaan (tas kresek) dengan penjepit bambu, dikumpulkannya, kemudian dibakar. Prosesi itu selalu rutin dilakukan si Engkong, ketika dia mau mengaliri dan menyirami kebun sayurnya.

“Kong, gimana baeknya ngurusi sampah-sampah plastik di kali, ini ?” tanya saya di suatu sore, pingin tahu pendapat si Engkong.

“ Engkong, juga kagak tahu, saban hari ade aje plastik nyumbat parit kebun. Kalo dulu nih ..orang bungkus make daun, belon ade plastik , jadi tinggal buang aje..ntar hancur itu daun di tanah” jawab si Engkong, “Orang-orang nih pade, kagak tahu diuntung ..main buang sampah sembarangan di kali”

“Jadi, biar hancur... sampah plastik bekas sumbatan parit itu dibakar ya, Kong?, saya coba mengkonfirmasi.

“Habis gimana lagi, kalau kagak dibakar..kagak mau hancur!” sahutnya.

“Iyalah, Kong..kalo bisa nih...saya udah nggak mau lagi pakai bungkus kantong plastik!” komentar saya, sambil kemudian berpamitan.

Nampaknya si engkong paham betul, kalau limbah plastik ini tidak mudah hancur (diurai) oleh alam, baik oleh panas matahari dan hujan. Bahkan, pikir saya, bukan itu saja, mikroba tanahpun tidak mampu menghancurkannya. Oleh karena itu si engkong lebih suka membakarnya. Waduh, Kong..kalau anda tahu, asap pembakaran plastik itu juga membahayakan kesehatan manusia. Yang terakhir ini mungkin belum dirasakannya, atau memang tidak perlu dikhawatirkan, karena limbah plastiknya toh belum menggunung volumenya.

Tidak jauh dari kebun si engkong ada tempat pembuangan sampah, hanya berupa tanah, jadi semacam landfill tapi ukuran kecil. Kelihatannya kotor dengan sampah plastik. Karena ringannya plastik jadi timbul dipermukaan tanah. Sama halnya dengan masalah pintu parit si engkong itui, karena ringannya plastik cenderung menyumbat aliran.tepat di pintu parit kebunnya.

Sudah sewajarnya sampah plastik menjadi masalah di Indonesia, contohnya data Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2007 [1] menunjukkan, volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau setara 42 juta kilogram, dimana komposisi sampah plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton.

Tentunya setelah dua tahun (2009) dipastikan volume sampah plastik itu meningkat, sejalan meningkatnya populasi penduduk berikut konsumsi belanja rumah tangganya. Oleh karenanya, pada Mei 2009,KLH berencana mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pembatasan produksi dan penggunaan produk plastik [2]. Peraturan pemerintah turunan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah itu bertujuan menekan jumlah sampah plastik yang mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Upaya untuk menemukan plastik yang dapat diurai (biodegradable) sebenarnya sudah ada. Putra Indonesia sendiri yang berhasil menciptakan kantong ramah lingkungan dengan resin BE+.Menurut Dana Mitra Lingkungan (DML)[3],

BE+ adalah resin baru yang mengandung 50% tepung singkong Indonesia beserta sumber-sumber alami lain yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Resin BE+ sudah dipatenkan dan diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif selain resin-resin lain yang sudah dikenal masyarakat. Produk ini dikenal dengan nama Ecoplas. Tidak seperti plastik pada umumnya yang memerlukan waktu + 1000 tahun untuk terurai, Ecoplas akan terurai didalam tanah tropik dalam waktu + 10 minggu!

Seminggu kemudian, saya bermaksud memberikan sarung Samarinda, oleh-oleh sepulang dari survai di Kalimantan Timur, kepada si Engkong. Tentu saja saya bungkus dengan Plastik Ramah Lingkungan namanya "Ecoplas" model “Soft Loop”. Kebetulan saya masih menyimpan beberapa lembar, setelah membelinya di booth Dana Mitra Lingkungan, saat itu di GreenFestival | aksiku untuk bumi, pada tanggal 18 - 20 April 2008 yang lalu, seperti gambar ini:

Setelah ketemu si Engkong, “Kong, ini ada oleh-oleh, lumayanlah buat ganti-ganti sarung”
Si Engkong agak kaget, tapi diterimanya pemberian ini, sambutnya “ Wah, terima kasih pak,”

Ditimangnya tas pemberian saya itu, “Buka aja, Kong?” pinta saya.

Namun, sebelum membukanya dengan wajah pingin tahu, dia bertanya: “Maaf. ye, pak...kenape pak Pao bungkusnya masih pake kantong plastik beginian ?”

Balik saya yang kaget dengan pertanyaannya, waduh sepertinya dia ingat ucapan terakhir saya dulu, tapi sejenak kemudian, sambil tertawa saya jawab:
“Kong, ini kantong plastik (dibuat) dari Singkong!”

Si Engkong-pun, bengong...

Sumber :
[1] Penggunaan Kantong Plastik Akan Dibatasi
[2] Pemerintah Akan Segera Batasi Produk Plastik
[3] Ecoplas Plastik Ramah Lingkungan Dari Singkong

Sumber Gambar: Biodegradable Bag di Indonesia

Related Posts:
Ini Baru Betol-Betol Kaca Mata Pantat Botol !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages