Post Top Ad

Your Ad Spot

Senin, 12 April 2010

CryoSat 2, Satelit Untuk Mengukur Kecepatan Es Mencair di Kutub Bumi Sukses Diluncurkan


Credits: ESA - AOES Medialab


CryoSat 2 satelit hi-tech yang dirancang untuk mengukur seberapa cepat es di kutub utara bumi mencair berhasil diluncurkan ke orbit pada tanggal 8 April 2010, jam 15:57 CEST (UTC 13:57).

Satelit milik European Space Agency (ESA), yang dirancang dan dibangun di Perancis dan Jerman tetapi didalangi oleh ilmuwan Inggris, mengangkasa dengan cepat dari the Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan. 17 menit setelah satelit dipisahkan dari roket peluncurnya yaitu Dnepr Rocket yang dibuat oleh International Space Company Kosmotras, stasiun pengendali bumi di Kenya melaporkan bahwa satelit telah berada di orbitnya.


Ini adalah keberhasilan yang patut disambut oleh sorak-sorai para ilmuwan ESA yang memonitor selama peluncuran Cryosat-2 dari Pusat Operasi Antariksa Eropa di Darmstadt, Jerman. Karena lima tahun lalu misi Cryosat gagal memisahkan diri dengan roket peluncur tahap ketiga dan terjun bebas ke laut Arktik yang sangat dingin.

Satelit berada dalam orbit kutub, pada garis lintang 88 °. Posisi ini berada lebih dekat kutub dibandingkan satelit pengamat Bumi yang ada sebelumnya. Memungkinkan untuk meliput kawasan di bumi dengan tambahan sekitar 4,6 juta km ². Suatu jumlah tambahan cakupan area yang lebih besar dibandingkan dengan luas 27 negara anggota Uni Eropa jika disatukan.

CryoSat-2 membawa muatan utama radar altimeter canggih pertama untuk mengatasi kesulitan dalam mengukur permukaan es. Space Interferometri Radar Altimeter (SIRAL), dikembangkan oleh Thales Alenia Space, berkemampuan untuk mengukur ketebalan es mengambang di lautan dan memantau perubahan lapisan es di darat, terutama di sekitar tepi tempat gunung es mengapung

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah meneliti perubahan signifikan di daerah kutub, yang umumnya dianggap sebagai akibat dari pemanasan global, dan pada bulan September 2007 (musim panas) ketebalan tutupan es Samudra Arktik mencapai tingkat terendah.

Kondisi ini sangat mengkuatirkan, karena jika daratan es di Greenland mencair sepenuhnya berarti permukaan laut global akan naik hingga 21 feet, sedangkan jika semua es kutub dan gletser di bumi mencair, permukaan air laut bisa naik lebih dari 10 kalinya. Namun sebaliknya, masih sedikit yang diketahui tentang bagaimana lapisan es kutub tebal telah menipis sekitar 40 persen sejak tahun 1960-an s/d 1970-an.

Mencairnya es yang diikuti dengan perubahan salinitas laut dapat mempengaruhi arus laut dalam jangka panjang. Jika Gulf Stream menjadi lemah, maka kepulauan Inggris dan kawasan utara-barat Eropa akan mengalami musim dingin yang lebih parah, meskipun secara keseluruhan dunia mengalami pemanasan global.

Oleh karena itu dengan CryoSat-2 ini diharapkan dapat diketahui pengaruh perubahan iklim di Kutub Utara, Greenland dan perubahan volume es Antartika, dengan menggunakan teknologi radar canggih.

"Kita tahu dari satelit radar kami bahwa luas laut (yang ditutupi) es telah berkurang, namun masih ada kebutuhan mendesak untuk memahami bagaimana volume es berubah," kata Volker Liebig, Direktur Program Earth Observation ESA, seperti yang dikutip dalam situs web ESA "Untuk melakukan perhitungan ini, para ilmuwan memerlukan informasi mengenai ketebalan es, dan informasi inilah yang akan diberikan oleh satelit CryoSat 2. Kita sekarang sangat menantikan untuk menerima data pertama dari misi ini.."

Source: ESA Space for Europe, http://www.esa.int/esaCP/index.html

Related Posts:
1. Enhancing Carbon Monitoring Systems Through Satellite Imagery
2. Monitoring Deforestasi: Google Siap Luncurkan Software-nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages