Post Top Ad

Your Ad Spot

Rabu, 24 Februari 2010

Energi Angin: Akankah Ladang Angin Menjulang di Indonesia ? (#5)


Angin adalah sumber energi yang ramah lingkungan dan murah, apalagi jika dibandingkan dengan harga bahan bakar fosil yang cenderung makin mahal dan berdampak buruk kepada lingkungan hidup. Energi angin bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. "Wind farm" atau ladang pembangkit listrik tenaga angin, suatu tempat dimana sekelompok turbin angin dibangun, bisa memiliki 200 turbin yang umumnya dapat menghasilkan listrik 200-300 watt. Jerman adalah negara yang paling unggul dalam memanfaatkan energi angin sebagai generator listrik pada tingkat kapasitas terbaiknya dibandingkan negara lain di dunia.

Energi angin diubah menjadi listrik seefisien mungkin dengan menggunakan turbin. Lebih dari satu turbin dibangun di dalam suatu "wind farm" secara berkelompok. Tenaga angin memutar bilah-bilah kincir, sehingga menghasilkan arus listrik yang cukup besar. Arus listrik ini kemudian digunakan sebagai generator.



Banyak variabel yang mempengaruhi output energi listrik yang berasal dari pembangkit bertenaga angin, seperti: lokasi turbin, jarak antara turbin satu dan lainnya, dan ini yang paling penting, kecepatan angin. Para ilmuwan telah melakukan uji coba melibatkan variabel-variabel ini sehingga mereka bisa mendapatkan hasil listrik yang optimal dari energi angin. Ada yang menempatkan turbin di tempat yang tinggi di gunung-gunung yang bertujuan agar kekuatan angin dapat dikumpulkan secara lebih efisien. Ada yang memasang turbin besar, dengan memperhitungkan sumber dan penggunaan energi yang rumit dan melibatkan berbagai variabel yang berpengaruh langsung terhadap efisiensi energi listrik dalam jangka panjang. Semua itu menjadikan harga dan pembangunan suatu turbin angin menjadi mahal!

Singkatnya, walaupun sumber energi angin bisa diperoleh secara bebas, tetapi pembuatan turbin dan pemasangannya di tempat yang cocok tergolong mahal. Kekurangan lainnya suatu,"wind farm" membutuhkan areal yang luas dan suara berisik turbin-turbin angin ini mengganggu kehidupan satwa liar (misalnya: burung, kelelawar). Suatu penelitian terhadap "wind farm" di lepas pantai menyatakan bahwa suara berisik turbin telah meningkatkan hingga 80 – 110 dB pada frekuensi rendah yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut.

Jika kekurangan ini mampu diatasi maka angin layak menjadi sumber energi yang dipakai secara massal dengan cara output energi listrik semaksimal mungkin dapat disimpan sehingga lebih besar dari jumlah energi listrik yang dibutuhkan atau telah dicadangkan untuk penggunaannya di masa datang. Untuk itu dibutuhkan juga fasilitas penyimpanan energi listrik.

Penerapan di Indonesia

Penerapan energi angin di Indonesia masih rendah. Kapasitas saat ini baru mencapai: 0,6 MW dari kapasitas terpasang optimu: 25 MW. Sedangkan, potensi energi angin seluruhnya mencapai 73 GW. Jika melihat potensi sumber angin yang kontinu di Indonesia, lokasinya berada di daerah terpencil terutama di kawasan Timur Indonesia ( NTB, NTT dan Maluku Tenggara serta sebagian Papua), lihat gambar berikut [1]:









Pengembangan energi angin masih dalam tahap percobaan dan percontohan. PT PLN bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral membangun pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas: 100 kW di Pulau Selayar Sulawesi Selatan. Instalasi ini merupakan turbin angin terbesar yang telah dibangun saat ini di Indonesia [2].

Terdapat kendala penerapan energi listrik tenaga angin di Indonesia, antara lain:
- Ketersediaan suku-cadang masih terbatas, padahal turbin angin memerlukan pemeliharaan secara teratur (rutin).
- Selain itu, pemeliharaan juga sering menghadapi masalah lokasi yang terpencil dan ketersediaan tenaga teknis yang kompeten.
- Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
- Pemetaan spasial potensi sumber energi angin setiap daerah belum banyak dilakukan.
- Akibat berbagai kendala tersebut maka invetasi di industri listrik tenaga angin belum menarik di Indonesia.

Kita berharap bahwa semua keterbatasan atau kendala ini hendaknya merupakan tantangan yang harus diubah menjadi peluang, sehingga kita tetap terus melakukan penelitian dan penegembangan teknologi energi angin. Tentu saja dengan dukungan pemerintah, misalnya: pendanaan, perijinan dan kemudahaan impor suku cadang.

Di daerah kepulauan pemanfaatan angin ini nampaknya lebih cocok, pemetaan spasial area-area potensial perlu dilakukan secara lebih rinci. Proyek pembangkit listrik tenaga angin kiranya dapat dimulai dengan pemasangan turbin-turbin angin berkapasitas kecil (1,5 - 2,5 kW) hingga menengah (10 kW) untuk penyediaan listrik pedesaan.

References:
[1].Armi Susandi, Potensi Energi Angin dan Surya di Indonesia, presentasi Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB).
[2].Sri Rahayu, 2009. Wind Energy Technology in Indonesia; presented in Wind Energy Workshop JHCC, Jakarta 18 –19 June 2009.

Related Posts:
1. Biomassa: Baru Dimanfaatkan 0.64% dari Potensinya di Indonesia (#4)
2.Energi Terbarukan: Mampukah Menyumbang 17% dari Bauran Energi Indonesia Pada 2025? (#3)
3.Energi Nuklir: 437 Reaktor Nuklir Telah Dibangun Sampai 2009 (#2)
4.Gas Alam untuk Mengurangi Emisi CO2 dan Menghemat Energi (#1)
5.Emisi CO2 dan Pengurangannya Di Masa Datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages